Namun, Sherwood Tay lor (1957) dalam bukunya yang berjudul A History of Industrial Chemistry, menyatakan peradaban Barat gres menguasai pembuatan sabun pada kala ke-18 M.
Sejatinya, menurut RJ Forbes (1965) dalam bukunya bertajuk Studies in Ancient Technology, campuran yang mengandung sabun telah digunakan di Mesopotamia. “Mereka belum mengenal sabun, tapi beberapa deterjen telah digunakan,” ungkap Forbes.
Menurut dia, dunia klasik belum memiliki deterjen yang lebih baik. Penemuan sabun yang tergolong modern memang gres diciptakan pada masa kejayaan Islam.
Sejarah pembuatan sabun di dunia Islam dicatat secara baik oleh Raja Al-Muzaffar Yusuf ibn Umar ibn Ali ibn Rasul (wafat 1294 M). Dia yaitu seorang Raja Yaman yang berasal dari Dinasti Bani Rasul yang kedua.
Raja Al-Muzaffar merupakan seorang penguasa yang senang mempelajari karya-karya ilmuwan Muslim dalam bidang kedokteran, farmakologi, pertanian, dan teknologi. Raja Al-Muzaffar juga sangat mencintai ilmu pengetahuan.
Pada masa kekuasaannya di kala ke-13 M, ia mendukung dan melindungi para ilmuwan dan seniman untuk berkreasi dan berinovasi. Dalam risalahnya, sang raja mengisahkan bahwa Suriah sangat dikenal sebagai penghasil sabun keras yang biasa digunakan untuk keperluan di toilet.
N Elisseeff dalam artikelnya berjudul Qasr Al-Hayr Al-Sharqi yang dimuat dalam Ensiklopedia Islam volume IV, menyatakan para arkeolog menemukan bukti pembuatan sabun dari kala ke-8 M. Saat itu, kekhalifahan Islam sedang menjadi salah satu penguasa dunia.
Geografer Muslim kelahiran Yerusalem, Al-Maqdisi, dalam risalahnya berjudul Ahsan Al-Taqasim fi Ma’rifat Al-Aqalim, juga telah mengungkapkan kemajuan industri sabun di dunia Islam. Menurut Al-Maqdisi, pada kala ke-10, Kota Nablus (Palestina) sangat masyhur sebagai pusat industri sabun. Sabun buatan Nablus telah diekspor ke banyak sekali kota Islam.
Menurut Al-Maqdisi, sabun juga telah dibuat di kota-kota lain di daerah Mediterania, termasuk di Spanyol. Andalusia dikenal sebagai penghasil sabun berbahan minyak zaitun.
M Shatzmiller dalam tulisannya bertajuk Al-Muwahhidun, yang tertulis dalam Ensiklopedia Islam terbitan Brill Leiden, juga mengungkapkan betapa pesatnya perkembangan industri sabun di dunia Islam. “Pada 1200 M, di Kota Fez (Maroko) saja terdapat 27 pabrik sabun,” tulis Shatzmiller.[]
Baca juga :
Sumber : republika.co.id
Sejatinya, menurut RJ Forbes (1965) dalam bukunya bertajuk Studies in Ancient Technology, campuran yang mengandung sabun telah digunakan di Mesopotamia. “Mereka belum mengenal sabun, tapi beberapa deterjen telah digunakan,” ungkap Forbes.
Menurut dia, dunia klasik belum memiliki deterjen yang lebih baik. Penemuan sabun yang tergolong modern memang gres diciptakan pada masa kejayaan Islam.
Sejarah pembuatan sabun di dunia Islam dicatat secara baik oleh Raja Al-Muzaffar Yusuf ibn Umar ibn Ali ibn Rasul (wafat 1294 M). Dia yaitu seorang Raja Yaman yang berasal dari Dinasti Bani Rasul yang kedua.
Raja Al-Muzaffar merupakan seorang penguasa yang senang mempelajari karya-karya ilmuwan Muslim dalam bidang kedokteran, farmakologi, pertanian, dan teknologi. Raja Al-Muzaffar juga sangat mencintai ilmu pengetahuan.
Pada masa kekuasaannya di kala ke-13 M, ia mendukung dan melindungi para ilmuwan dan seniman untuk berkreasi dan berinovasi. Dalam risalahnya, sang raja mengisahkan bahwa Suriah sangat dikenal sebagai penghasil sabun keras yang biasa digunakan untuk keperluan di toilet.
N Elisseeff dalam artikelnya berjudul Qasr Al-Hayr Al-Sharqi yang dimuat dalam Ensiklopedia Islam volume IV, menyatakan para arkeolog menemukan bukti pembuatan sabun dari kala ke-8 M. Saat itu, kekhalifahan Islam sedang menjadi salah satu penguasa dunia.
Geografer Muslim kelahiran Yerusalem, Al-Maqdisi, dalam risalahnya berjudul Ahsan Al-Taqasim fi Ma’rifat Al-Aqalim, juga telah mengungkapkan kemajuan industri sabun di dunia Islam. Menurut Al-Maqdisi, pada kala ke-10, Kota Nablus (Palestina) sangat masyhur sebagai pusat industri sabun. Sabun buatan Nablus telah diekspor ke banyak sekali kota Islam.
Menurut Al-Maqdisi, sabun juga telah dibuat di kota-kota lain di daerah Mediterania, termasuk di Spanyol. Andalusia dikenal sebagai penghasil sabun berbahan minyak zaitun.
M Shatzmiller dalam tulisannya bertajuk Al-Muwahhidun, yang tertulis dalam Ensiklopedia Islam terbitan Brill Leiden, juga mengungkapkan betapa pesatnya perkembangan industri sabun di dunia Islam. “Pada 1200 M, di Kota Fez (Maroko) saja terdapat 27 pabrik sabun,” tulis Shatzmiller.[]
Baca juga :
Sumber : republika.co.id
0 Response to "Wow, Ternyata Sabun Warisan Peradaban Islam (2)"
Post a Comment