Minyak zaitun dan al-Qali merupakan materi utama pembuatan sabun. Bahan lain yang kerap digunakan untuk membuat sabun yaitu natrun.
Lalu, bagaimana proses pembuatan sabun dilakukan di dunia Islam pada kurun ke-13 M? Berikut ini resep pembuatan sabun yang ditulis Daud Al-Antaki menyerupai dikutip Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya bertajuk, Islamic Technology: An Illustrated History.
“Inilah cara membuat sabun yang diwariskan peradaban Islam: Ambil satu bab al-Qali dan setengah bab kapur. Giling dengan baik, kemudian tempatkan dalam sebuah tangki. Tuangkan air sebanyak lima bab dan aduk selama dua jam. Tangki dilengkapi lubang bersumbat.”
“Setelah pengadukan berhenti dan cairan menjadi jernih, lubang ini dibuka. Jika air sudah habis, sumbat kembali lubang tersebut, tuangkan air dan aduk, kosongkan dan seterusnya hingga tak ada lagi air yang tersisa.”
“Faksi air di setiap periode dipisahkan. Lalu, minyak yang sudah murni diambil sebanyak 10 kali jumlah air yang pertama tadi, lalu letakkan di atas api. Jika sudah mendidih, tambahkan air faksi terakhir sedikit demi sedikit. Kemudian tambah dengan air faksi nomor dua terakhir, hingga air faksi pertama.”
“Dari proses itu, akan diperoleh campuran menyerupai adonan kue. Adonan ini disendok (dan disebarkan) di atas semacam tikar hingga kering sebagian. Kemudian, tempatkan dalam nura (kapur mati). Inilah hasil final dan tidak dibutuhkan lagi pendinginan atau pencucian dengan air hirau taacuh selama proses.”
“Ada kalanya ditambahkan garam ke dalam al-Qali dan kapur sebanyak setengah kali jumlah kapur. Selain itu, juga ditambahkan amilum sempurna sebelum proses selesai. Minyak di sini dapat diganti dengan minyak lain dan lemak menyerupai minyak carthamus.”
Itulah salah satu resep pembuatan sabun yang berkembang di dunia Islam. Sejatinya, masih banyak risalah lain yang mengungkapkan formula pembuatan sabun. Salah satunya yaitu buah pikir Al-Razi.[]
Baca juga :
Sumber : republika.co.id
Lalu, bagaimana proses pembuatan sabun dilakukan di dunia Islam pada kurun ke-13 M? Berikut ini resep pembuatan sabun yang ditulis Daud Al-Antaki menyerupai dikutip Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya bertajuk, Islamic Technology: An Illustrated History.
“Inilah cara membuat sabun yang diwariskan peradaban Islam: Ambil satu bab al-Qali dan setengah bab kapur. Giling dengan baik, kemudian tempatkan dalam sebuah tangki. Tuangkan air sebanyak lima bab dan aduk selama dua jam. Tangki dilengkapi lubang bersumbat.”
“Setelah pengadukan berhenti dan cairan menjadi jernih, lubang ini dibuka. Jika air sudah habis, sumbat kembali lubang tersebut, tuangkan air dan aduk, kosongkan dan seterusnya hingga tak ada lagi air yang tersisa.”
“Faksi air di setiap periode dipisahkan. Lalu, minyak yang sudah murni diambil sebanyak 10 kali jumlah air yang pertama tadi, lalu letakkan di atas api. Jika sudah mendidih, tambahkan air faksi terakhir sedikit demi sedikit. Kemudian tambah dengan air faksi nomor dua terakhir, hingga air faksi pertama.”
“Dari proses itu, akan diperoleh campuran menyerupai adonan kue. Adonan ini disendok (dan disebarkan) di atas semacam tikar hingga kering sebagian. Kemudian, tempatkan dalam nura (kapur mati). Inilah hasil final dan tidak dibutuhkan lagi pendinginan atau pencucian dengan air hirau taacuh selama proses.”
“Ada kalanya ditambahkan garam ke dalam al-Qali dan kapur sebanyak setengah kali jumlah kapur. Selain itu, juga ditambahkan amilum sempurna sebelum proses selesai. Minyak di sini dapat diganti dengan minyak lain dan lemak menyerupai minyak carthamus.”
Itulah salah satu resep pembuatan sabun yang berkembang di dunia Islam. Sejatinya, masih banyak risalah lain yang mengungkapkan formula pembuatan sabun. Salah satunya yaitu buah pikir Al-Razi.[]
Baca juga :
Sumber : republika.co.id
0 Response to "Wow, Ternyata Sabun Warisan Peradaban Islam (4 Habis)"
Post a Comment